(CAKAPLAH) - Memasuki bulan Mei, pepatah sell in May and go away kembali menghantui para pelaku pasar saham. Fenomena ini sering kali membuat pasar saham menunjukkan kinerja yang kurang baik atau bahkan negatif lantaran tekanan jual yang meningkat.
Head of Research Sucor Sekuritas Edward Luwis mengungkapkan, ekonomi Tiongkok sedang menunjukkan tanda-tanda pemulihan bila melihat dari peningkatan CPI dan PMI.
"Ini tentunya membawa angin segar bagi Indonesia," jelas Edward dalam acara Sucor Phoenix dengan kolaborasi bersama Adelle Jewellery, baru-baru ini.
Edward melanjutkan, awal tahun ini diprediksi bahwa Fed Rate bisa turun hingga 200 basis poin. Namun, melihat kondisi saat ini, penurunan tersebut kemungkinan tidak akan sebesar itu, melainkan hanya sekitar 50 basis poin dan itu pun baru akan terjadi di kuartal IV.
Ada dua skenario yang perlu dipertimbangkan menurut dia, pertama, jika geopolitik tetap stabil, nilai tukar rupiah diprediksi berada di kisaran Rp 15.000 hingga Rp 16.000 dengan pertumbuhan GDP sebesar 5%. Dalam kondisi ini, suku bunga BI memiliki peluang untuk turun.
Skema kedua, jika terjadi eskalasi konflik geopolitik, nilai tukar rupiah bisa mencapai Rp 16.000 hingga Rp 17.000 dengan GDP stagnan atau menurun ke level rendah sekitar 3%. "Suku bunga BI bisa naik hingga 7,5%. Selain itu, komoditas dan inflasi juga akan meningkat secara signifikan," ujar dia.
CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menambahkan, Mei seringkali dianggap sebagai bulan yang menantang bagi trader akibat kondisi IHSG yang sering mengalami penurunan.
Maka dari itu gelaran Sucor Phoenix dan juga kolaborasi ini dihadirkan untuk memberikan pencerahan sekaligus memberikan keuntungan bagi nasabah Sucor Sekuritas yang tergabung dalam loyalty program Sucor Sekuritas.
"Dengan promo diskon plus hadiah self-reward dari Adelle Jewellery diharapkan mampu menyegarkan dan mengurangi stres, serta membantu menghasilkan cuan optimal di bulan Mei cukup terbilang suram ini," jelasnya.
Dengan berbagai faktor ini, para pelaku pasar diharapkan lebih berhati-hati dan memperhatikan perkembangan kondisi ekonomi global dan domestik dalam mengambil keputusan investasi mereka.**