(CAKAPLAH) - Baru-baru ini sebuah fakta mencengangkan mengenai Kota Kuno Suku Maya berhasil diidentifikasi oleh sejumlah peneliti. Fakta tersebut adalah Kota Kuno Suku Maya yang diselimuti oleh racun merkuri yang mematikan.
Mengutip dari laman okezone.com pada Senin (3/10/2022) yang mengolah dari Gizmodo, kota-kota Suku Maya kuno seperti Tikal dan Cerén sangat tercemar oleh merkuri. Adanya paparan bahan kimia dapat menjadi risiko bagi para arkeolog saat ini.
Peneliti menyebut bahwa tingkat konsentrasi merkuri tertinggi berada di Tikal, situs Maya besar di Guatemala. Di daerah tersebut, beberapa tanah memiliki konsentrasi merkuri 17,16 bagian per juta yang dapat memberikan efek toksik pada manusia.
Hingga saat ini, belum ditemukan alasan pasti mengapa zat berbahaya itu terdapat di wilayah-wilayah tersebut. Karena adanya kejadian ini, banyak masyarakat awam yang menganggap hal ini merupakan sebuah kutukan untuk daerah tersebut.
Untuk saat ini dugaan sementara menyebut merkuri kemungkinan meresap ke tanah setelah digunakan untuk aktivitas dan keperluan sehari-hari, seperti mengecat rumah dan keramik, serta karena penggunaan batu Cannibar.
Lalu, diungkap bahwa kandungan merkuri berasal dari cat pada topeng penguburan emas berusia 1.000 tahun dari orang-orang Sicán yang zatnya berwarna kemerahan, mirip dengan darah.
Keduanya memiliki kepentingan simbolis untuk budaya Mesoamerika seperti Sicán dan Maya. Ribuan tahun lalu sebelum Maya dan Sicán, penduduk Neolitik atalhöyük di Turki menggunakan cinnabar sebagai pigmen dalam penguburan.
Mengutip dari laman okezone.com pada Senin (03/10/2022) menurut seorang ahli geoarkeolog di University of Cincinnati, rekan penulis studi Nicholas Dunning, Suku Maya menggunakan batu cinnabar karena mengandung ch'ulel, yakni kekuatan jiwa. Menjadikannya zat suci yang secara teratur digunakan dalam konteks dekoratif. Suku Maya akan menggunakan cinnabar sebagai cat dan bedak di dinding dan tembikar. Kemudian, cinnabar melarutkan merkuri ke dalam tanah dan air setempat.
"Pada titik ini, para arkeolog biologi belum mencari kandungan zat itu dari sisa-sisa kerangka yang ditemukan di pemakaman Maya sehingga tidak mungkin untuk mengatakan apakah kontaminasi akan muncul dalam penyelidikan semacam itu," tutur Dunning.
"Salah satu komplikasi yang akan menghambat penelitian semacam itu adalah banyak pemakaman kerajaan dan elit lainnya termasuk bubuk cinnabar, yang secara bebas ditaburkan di atas kerangka dan mungkin merembes ke tulang-tulang itu," tambahnya.
Pada penelitian sebelumnya, tim yang melibatkan Dunning menemukan zat merkuri di reservoir air minum kuno Tikal.
Pekerjaan baru memperluas temuan tersebut dengan mengukur keberadaan merkuri di situs Maya di wilayah Guatemala, Belize, El Salvador, Honduras, dan Meksiko.
“Menemukan merkuri yang terkubur jauh di dalam tanah dan sedimen di kota-kota Maya kuno sulit dijelaskan, sampai kita mulai mempertimbangkan arkeologi wilayah tersebut yang memberi tahu kita bahwa Maya menggunakan merkuri selama berabad-abad,” kata Duncan Cook, seorang ahli geografi di Australian Catholic University dan rekan penulis makalah ini, dalam rilis Frontiers.
Bagaimana cara Suku Maya mendapatkan cinnabar tidak jelas. Sebagian besar situs Maya jauh dari sumber merkuri geologis, sehingga unsur tersebut mungkin telah sampai ke tangan Maya melalui rute perdagangan yang membentang di Mesoamerika.
Para peneliti memberikan saran agar proyek arkeologi di masa depan dapat mempertimbangkan lebih banyak perlindungan di situs penggalian yang diketahui memiliki konsentrasi merkuri yang tinggi.
Menyelidiki bagaimana Maya mendapatkan dekorasi beracun mereka merupakan hal yang penting, namun kesehatan para arkeolog tidak boleh dikompromikan untuk mewujudkannya.
Penulis | : | Nurul Annisa/okezone.com |
Editor | : | Yusni |
Sumber | : | okezone.com |
Kategori | : | Tekno dan Sains |