PEKANBARU (CAKAPLAH) - Harga beras di Provinsi Riau, khususnya Pekanbaru mengalami kenaikan cukup signifikan. Kenaikan bahan pokok tersebut akibat gagal panen yang terjadi di Jawa dan Sumatera Selatan.
Gagal panen di wilayah tersebut disebabkan karena faktor cuaca El Nino. Kondisi itu yang menyebabkan kenaikan harga beras di Riau, khususnya beras jenis Topi Koki dan Belida.
Namun akibat kenaikan beras jenis Topi Koki dan Belida tersebut, ternyata juga berdampak terhadap kenaikan harga beras jenis lainnya seperti beras Anak Daro.
Terhadap hal itu, Wakil Ketua Komisi II DPRD Pekanbaru Arwinda Gusmalina meminta Pemko agar segera menetralisir kenaikan harga beras sejak beberapa pekan terakhir ini dengan salah satunya adalah melakukan operasi pasar yang tepat sasaran.
"Saran kami, Pemko bersama Pemprov Riau segera turun tangan. Lakukan operasi pasar yang tepat sasaran. Ini merupakan langkah jangka pendek dalam membantu masyarakat," katanya.
Dengan kenaikan ini, sebagian masyarakat mengaku memilih alternatif beras Bulog dengan harga Rp 12 ribu perkilo, terutama untuk ekonomi masyarakat menengah ke bawah.
"Jadi dengan dinamika ini, harus digelar operasi pasar atau pasar murah secara kontinu di sejumlah kecamatan di kota ini. Komunikasikan operasi pasar ini dengan Bulog," pintanya.
Pihaknya meminta agar Pemko dan Pemprov Riau, tidak saling menunggu dalam mengatasi kenaikan harga beras di Kota Pekanbaru.
Sebab, kegiatan operasi pasar murah selama ini, cukup efektif dalam mengatasi mahalnya harga beras di pasaran. Namun ini kerja untuk jangka pendek.
Sebelumnya, disampaikan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperindagkop UKM) Provinsi Riau, M Taufiq OH melalui Kasi Perdagangan Dalam Negeri, Suryati Ningsih, kenaikan harga beras akibat gagal panen.
"Kenaikan beras di Riau akibat gagal panen di daerah pamasok seperti Jawa dan Sumatera Selatan. Ini akibat faktor cuaca El Nino. Sehingga ini berdampak kenaikan harga beras jenis Topi Koki dan Belida. Namun kenaikan dua jenis beras itu berdampak ke beras lainnya, seperti Anak Daro itu juga menjalani kenaikan akibat tingginya permintaan," katanya.
Kenaikan harga beras Anak Daro, lanjut Suryati, disebabkan karena banyaknya masyarakat yang beralih membeli beras Anak Daro karena naiknya beras Topi Koki dan Belida.
"Karena Belida dan Topi Koki naik, banyak yang beralih ke Anak Daro, karena permintaan tinggi otomatis harga beras Anak Daro pun ikut naik. Sebenarnya kalau beras Anak Daro tidak naik signifikan, tapi karena permintaan tinggi, harganya juga ikut naik," ujarnya.
Tidak hanya beras premium, tambah Ningsih, namun beras medium atau bulog juga mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena naiknya harga gabah.
"Beras medium (bulog) juga naik, dari Rp 9.600 menjadi Rp11 ribu. Namun untuk ketersediaan masih aman," sebutnya.
Penulis | : | Satria Yonela |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Ekonomi, Kota Pekanbaru |