PEKANBARU (CAKAPLAH) - Harga minyak merosot pada perdagangan Senin (22/4/2024) imbas konflik di Timur Tengah yang mereda, sehingga akan berpengaruh ke rantai pasok dan mengurangi risiko jangka pendek.
Melansir Reuters Selasa (23/4/202), kontrak berjangka minyak Brent ditutup melemah 29 sen atau 0,33% menjadi US$ 87 per barel. Kemudian, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) berakhir terpangkas 29 sen atau 0,35% menjadi US$ 82,85 per barel.
Phil Flynn dari Price Futures Group mengatakan, trader melihat keseimbangan antara penawaran dan permintaan yang semakin ketat dalam beberapa bulan mendatang.
"Fundamental pada minyak kuat. Harapannya adalah pasar akan menjadi lebih ketat musim panas ini dari sisi pasokan,” ucap Flynn.
Sementara itu, analis Reuters menemukan bahwa pasokan berlimpah dari beberapa jenis minyak mentah terbesar membatasi dampak konflik terhadap harga minyak berjangka.
Dari sisi ekonomi, inflasi kembali menjadi sorotan, dengan komentar dari pejabat The Fed dan data inflasi yang lebih panas dari yang diharapkan memaksa pengurangan ekspektasi pemangkasan suku bunga pada minggu lalu.
“Kekhawatiran ekonomi kembali menjadi faktor yang menekan di pasar minyak, dengan harga tertekan karena peningkatan besar dalam stok AS dan The Fed yang berkecenderungan hawkish yang telah menyebabkan penguatan dolar,” kata Tina Teng, analis pasar independen.
Editor | : | Jef Syahrul |
Sumber | : | Beritasatu.com |
Kategori | : | Internasional, Ekonomi |