"Ini adalah orang-orang yang sama dengan yang mengatakan bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal," demikian pernyataa tim transisi Donald Trump.
"Pilpres sudah lama berakhir dalam sebuah kemenangan terbesar dalam sejarah. Sekarang sudah saatnya melangkah, saat menjadikan Amerika hebat kembali," tambah tim Donald Trump.
Kabar ini dimuat The Washington Post setelah Presiden Barack Obama memerintahkan evaluasi dugaan serangn siber terhadap proses pemilihan presiden 2016.
Harian itu mengutip pernyataan sejumlah pejabat yang menyebut sejumlah individu memiliki hubungan dengan Moskwa memberikan sejumlah email rahasia tim Hillary Clinton kepada Wikileaks.
Surat-surat elektronik itu kemudian dirilis secara bertahap beberapa bulan sebelum pemilihan presiden digelar.
The Washington Post menulis, tujuan Rusia adalah membantu Donald Trump menang tanpa melanggar proses pemilihan presiden AS.
"Ini adalah penilaian yang dilakukan komunitas intelijen AS bahwa tujuan Rusia adalah membantu Trump memenangkan pemilu," demikan The Washington Post mengutip seorang senator.
Dalam pertemuan dengan beberapa senator pekan lalu CIA mengatakan bahwa sangat jelas kemenangan Trump adalah tujuan Rusia.
Namun, sejumlah pertanyaan tetap tak terjawab dan penilaian CIA itu miskin bukti yang bisa menjelaskan keterlibatan Rusia.
Misalnya, CIA tak memiliki bukti bahwa Rusia mengendalikan sejumlah orang untuk memasok email Partai Demokrat yang diretas ke CIA.
Namun, pendiri Wikileaks, Julian Assange membantah kelompoknya memiliki hubungan dengan pemerintah Rusia.
Obama Minta Kasus Ini Ditelusuri
Presiden AS Barack Obama memerintahkan evaluasi menyeluruh terkait dugaan peretasan dalam proses pemilihan presiden yang baru saja berlalu.
Pernyataan ini disampaikan Gedung Putih, Jumat (9/12/2016), di tengah meningkatnya kekhawatiran akan intervensi Rusia dalam Pilpres AS.
Wakil sekretaris pers Gedung Putih, Eric Schultz, mengatakan, Obama memerintahkan hal tersebut pada awal pekan ini.
"Kami berkomitmen untuk memastikan integritas pemilihan presiden negara ini," kata Schutz.
"Kami akan mencari pola aktivitas siber jahat di masa pilpres, memperkuat kemampuan defensif kami, dan mengambil pelajaran untuk laporan kami kepada kongres dan para stakeholders," kata Schultz seperti dikutip dari tribunnews.com.
Presiden Obama, lanjut Schultz, menginginkan laporan lengkap sebelum masa jabatannya berakhir pada 20 Januari mendatang.
"Kami akan membeberkan masalah ini seterbuka mungkin ke publik. Ini adalah prioritas utama Presiden," kata Schultz.
Langkah ini diambil setelah para anggota kongres dari Partai Demokrat menekan Gedung Putih untuk membeberkan rincian dugaan peretasan yang dilakukan Rusia selama proses pemilu.
Langkah ini juga diambil setelah presiden terpilih Donald Trump menolak temuan komunitas intelijen terkait keterlibatan Rusia.
Salah satu dugaan keterlibatan Rusia adalah bocornya surat elektronik dari komite nasional Demokrat dan John Podesta, penasihat Hillary Clinton.
Surat-surat rahasia itu secara berkala diterbitkan Wikileaks beberapa bulan sebelum pilpres yang merusak peluang kemenangan Hillary.
Sebulan sebelum pemilihan presiden, Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Direktur Intelijen Nasional mengumumkan dugaan intervensi Rusia.
"Pemerintah Rusia terkait dengan peretasan surat-surat elektronik dari warga dan institusi AS, termasuk dari organisasi politik AS," demikian pernyataan intelijen AS.
"Peretasan dan pencurian ini dilakukan untuk memengaruhi proses pemilihan presiden AS," masih pernyataan tersebut.
Namun, dalam sebuah wawancara dengan majalah Time, Donald Trump menepis dugaan komunitas intelijen AS.
Dia bahkan menduga badan-badan intelijien sudah digunakan untuk kepentingan politik.
"Bisa saja Rusia, bisa saja China, atau seseorang di kediamannya di New Jersey," kata Trump tentang dugaan keterlibatan Rusia.(ck6)
Penulis | : | Bhimo |
Kategori | : | Internasional |