Sejumlah siswi di India menggelar aksi protes dengan belajar di luar sekolah karena tak diperbolehkan masuk gedung gara-gara memakai hijab. (AP)
|
(CAKAPLAH) - Sejumlah siswi di India menggelar aksi protes dengan belajar di luar sekolah karena tak diperbolehkan masuk gedung gara-gara memakai hijab.
Mereka duduk bersama di depan gerbang salah satu sekolah di distrik Udupi, negara bagian Karnataka. Sementara itu, staf sekolah hanya memperhatikan para siswi dari jauh.
Staf itu menegaskan bahwa para siswi tak bisa masuk karena melanggar aturan sekolah. Mereka juga sudah terbiasa karena aksi semacam ini telah berlangsung selama sebulan belakangan.
Sejak aksi tersebut menarik perhatian warganet, sejumlah sekolah malah menerapkan aturan serupa. Situasi ini menimbulkan keresahan warga, terutama umat Muslim.
Pengadilan tinggi India pun akhirnya turun tangan. Mereka bakal mendengar petisi yang diajukan para siswa pada Selasa (7/2). Setelah itu, pengadilan bakal memutuskan untuk mencabut aturan yang dibuat sekolah-sekolah itu atau tidak.
Namun, aturan sepihak sekolah itu sudah terlanjur memicu gelombang protes. Sejak Senin (7/2), ratusan siswi dan orang tuanya menggelar protes untuk meminta agar semua pelajar diizinkan masuk sekolah meski memakai hijab.
"Kami mengalami bentuk apartheid keagamaan. Aturan itu sangat diskriminatif dan merugikan perempuan Muslim," ujar seorang siswi peserta aksi protes, A. H. Almas, kepada Associated Press.
Hingga saat ini, sebenarnya sudah ada beberapa pertemuan antara staf sekolah, perwakilan pemerintah, dan para siswi. Namun, Menteri Pendidikan Negara Bagian Karnataka, B. C. Nagesh, tak mau mencabut aturan itu.
"Mereka yang tak mau menaati aturan seragam itu bisa memilih opsi lain," ucap Nagesh kepada para wartawan pada Minggu (6/2) lalu.
Selama ini, perempuan memakai hijab merupakan pemandangan lumrah di India, di mana 14 persen dari 1,4 miliar populasinya memang beragama Islam.
Namun, belakangan ini semakin banyak gesekan antara Muslim dan kelompok Hindu yang merupakan mayoritas di India. Gesekan ini meningkat setelah partai Hindu nasionalis pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa.
Sejumlah kelompok pemerhati hak asasi manusia pun mulai menyuarakan kekhawatiran mereka. Menurut mereka, situasi saat ini dapat memicu Islamofobia.
Salah satu aktivis, Afreen Fatima, bahkan khawatir Muslim di India nantinya dapat menjadi kelompok yang termarjinalkan dan terisolasi.
"Yang kita liha sekarang adalah upaya untuk membuat perempuan Muslim tak terlihat dan menyingkirkan mereka dari ruang-ruang publik," ucap Fatima.
Para warganet juga menyuarakan protes mereka. Tanda pagar #HijabIsOurRight beredar di jejaring sosial India dalam waktu singkat.
Namun, gerakan itu langsung dilawan oleh kelompok nasionalis Hindu. Mereka berarak di jalan sembari menggunakan syal safron, warna yang merupakan simbol nasionalis Hindu.
Mereka berarak sembari melontarkan puji-pujian kepada dewa-dewa Hindu, sementara mengkritik perempuan Muslim karena memakai hijab.
Melihat gelombang aksi ini, pemerintah sejumlah negara bagian melarang penggunaan pakaian "yang mengganggu kesetaraan, integritas, dan ketertiban umum."
Sejumlah sekolah juga memutuskan untuk meliburkan siswa demi mencegah bentrokan. Sementara itu, beberapa sekolah lainnya memutuskan untuk mengizinkan siswi Muslim masuk, tapi duduk di ruang kelas terpisah.
Keputusan itu kembali menuai kritik. Para siswi Muslim menuding staf sekolah melakukan segregasi terhadap mereka hanya berdasarkan agama.
"Ini sangat memalukan. Sampai kapan kita harus menerima kenyataan bahwa penduduk menjadi korban stigma karena agama mereka," kata Almas.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Cnnindonesia.com |
Kategori | : | Internasional |