PEKANBARU (CAKAPLAH) - Sudah satu dekade pasangan Walikota Firdaus dan Wakil Walikota Ayat Cahyadi memimpin Kota Pekanbaru. Ada beberapa pencapaian yang belum berhasil selama keduanya memimpin ibukota Provinsi Riau tersebut.

Walikota Firdaus mengungkap, yang masih rendah pencapaian selama menjabat adalah mengajak masyarakat untuk berubah. Kata dia, revolusi mental yang diharapkan, masyarakat Madani yang dicita-citakan, maka periode pertama ada slogan Metropolitan Madani, periode kedua Smart city Madani.

"Madani ini adalah level masyarakat yang berperadaban tinggi, masyarakat yang berkualitas, masyarakat yang punya daya saing tinggi, apa indikatornya, apa contohnya, apa yang bisa dilihat,? Satu saja, disiplin," kata Firdaus, Rabu (18/5/2022).

Sambungnya, masyarakat Madani itu adalah masyarakat yang disiplin. Indikator kedua, masyarakat yang Madani itu masyarakat yang bersih. Bersih pikirannya, bersih penglihatannya, bersih pendengarannya, bersih ucapannya melalui mulut dan lidahnya, serta bersih hatinya.

"Nah, kami menggambarkan masyarakat Madani ini seperti apa, komunitas antara sesama warga baik, kedua dengan lingkungannya juga baik, ini yang paling berat. Menanamkan cinta lingkungan, membangun, menjaga dan memelihara lingkungan, ini yang paling berat," kata dia.

Ia juga menyebut, dari Orde Baru, untuk memotivasi masyarakat dan kepala daerah untuk peduli kepada lingkungan, maka dibuatlah salah satunya itu penghargaan Adipura. Zaman itu, sampai zaman SBY, penilaian Adipura, ditentukan mana lokasi yang akan dinilai.

Kemudian di zaman Presiden Jokowi periode pertama, kepala daerah dan masyarakat dituntut untuk berpartisipasi. Zaman Jokowi juga, penilaian Adipura secara acak dan tidak ditentukan lokasi mana yang akan dinilai.

Firdaus juga bercerita saat mendampingi staf khusus wakil presiden menanyakan mengapa Pekanbaru tidak mendapatkan piala Adipura. Jawabannya partisipasi masyarakat kurang.

"Tantangan yang paling berat untuk mendapatkan keberhasilan adalah membangun masyarakat Madani," jelasnya.