(CAKAPLAH) - Siapa sangka di Riau ada salah satu destinasi wisata yang memiliki keindahan alam luar biasa mempesona? Ketika melihatnya membuat mata tak berkedip, bak menemukan harta karun tersembunyi di sebuah pulau rahasia.
Air Terjun Putri Khayangan namanya. Terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau. Jaraknya tak jauh dari Candi Muara Takus.
Bahkan mungkin, masyarakat daerah lain di Riau sendiri banyak belum tahu tempat 'healing' yang satu ini. Lokasinya memang belum begitu terkenal seperti Ulu Kasok "Raja Ampat" Riau yang letaknya juga di Kabupaten Kampar, namun ketika berkunjung ke sana akan merasakan nuansa baru bagi traveler.
Wartawan CAKAPLAH.COM bersama rombongan dari PWI Siak berjumlah 18 orang, menggunakan 4 unit mobil minibus tiba di lokasi sekitar pukul 13.00 WIB, Rabu (14/12/2022). Ternyata sebelum sampai ke air terjun kami harus memarkir mobil di dermaga kecil tepian Sungai Kopu. Kopu berarti Kapur dalam bahasa Ocu. Dari sini kami melanjutkan perjalanan dengan menyusuri sungai menggunakan perahu mesin yang disewakan warga setempat.
Di dermaga itu rombongan disambut oleh Koordinator Kelompok Sadar Wisata Kopu Rifting yang sekaligus Kepala Desa Tanjung, Sutomi. Ia juga menjadi tour guide kami selama perjalanan. Ada 3 unit perahu mesin dan perahu karet yang mengantarkan wisatawan menuju pintu masuk air terjun di seberang daratan.
Belum lagi sampai di tujuan utama, kami sudah tertegun melihat keindahan Sungai Kopu berwarna kehijau-hijauan dan diapit tebing nan cadas di bagian kiri dan kanan sungai, tebing ditumbuhi dengan hutan rimba yang masih perawan belum tersentuh manusia, mirip "Green Canyond" di Amerika Serikat.
Arus dan pusaran air di Sungai Kopu membuat kami bergidik di atas perahu sampan itu, salah langkah sedikit perahu bisa terbalik, pikir kami. Untungnya juru kemudi perahu sudah lihai melintasi medan di sungai itu.
Dalam perjalanan, kami disuguhkan dengan fenomena alam yang luar biasa indahnya. Terlihat tetesan air dari atas tebing mengikis bebatuan sehingga batu seperti diukir, proses itu mungkin sudah terjadi ratusan tahun lalu, atau mungkin lebih lama.
Di tengah jalan, sesekali kami bertemu dengan warga tempatan yang memburu ikan dengan tombak, ikan yang mereka dapat kemudian dibakar langsung di pinggir sungai. Seketika itu kami merasa kearifan lokalnya.
"Di sini lumayan banyak ikannya, ada baung, patin dan lainnya. Ukurannya juga besar-besar," cakap juru kemudi, Yusuf menerangkan.
Sekitar satu jam lebih sedikit kami di atas perahu mesin, tiba lah kami di tepian sungai yang banyak bebatuan, di situ pintu masuk menuju Air Terjun Putri Khayangan.
Rombongan kemudian berkumpul dan kembali mendengarkan instruksi dari Tomi, semua melepas pelampung dan helm, membawa bekal makanan untuk disantap di sekitar air terjun. Tomi menyampaikan perjalanan ke sana sedikit ekstrim, sebab air terjun itu berada di atas bukit dan akses jalannya di pinggir-pinggir tebing.
"Jangan ada yang terpisah jauh dari rombongan, karena jika terjadi sesuatu akan sulit nantinya," instruksi Tomi.
Tanpa ragu dan hati yang senang, kami serombongn memulai mendaki ke bukit itu. Benar, medan jalan sedikit berbahaya jika tidak berhati-hati, sebab kami melewati bebatuan yang berlumut sehingga tak jarang orang terpeleset.
Jalan setapak sering kami temui di sana, namun pengelola wisata sudah memasang tali pegangan di sekitar bukit agar pengunjung berpegang pada tali jika terpeleset. Kayu hutan yang besar juga jadi penghalang untuk mendaki bukit itu.
Riak-riak air mengalir sering kami jumpai di pertengahan pendakian, namun itu belum lah air terjun yang sebenarnya. Tetapi itu menunjukkan tanda sudah dekat dengan lokasi utama. Sekitar 40 menit mendaki baru lah kami bertemu Air Terjun Putri Khayangan yang dimaksud.
Lelah dan lapar terbayar melihat indah dan sejuknya pemandangan di sana. Derasnya air terjun membuat percikannya membasahi tubuh berkeringat kami.
Sesuai namanya, tempat itu memang tersembunyi di atas bukit. Jika dilihat maka terbayang lah tempat itu jadi tempat pemandian Putri Khayangan seperti yang digambarkan dalam cerita dongeng yang sering kita dengar sewaktu kecil.
Tak sabar rasanya ingin langsung nyebur di air, tetapi sebelum itu kami sepakat memilih untuk menyantap makan siang terlebih dahulu karena memang perut sudah tak lagi bersahabat dan tubuh tak lagi bertenaga.
Semua orang berbahagia sambil mandi di bawah air terjun itu, terlihat dari raut wajah dan senyum kami masing-masing. Beragam perangai yang kami buat, ada yang lompat dari atas tebing, ada yang berswafoto, ada yang hanya mandi-mandi biasa, ada yang mandi menghantamkan diri di bawah air terjun sambil berteriak dan sebagainya.
"Seru,"... itu lah kata yang terucap dari masing-masing mulut kami. Saat itu kami benar-benar merasakan sepercik surga di dunia, saking nikmatnya, sampai-sampai kami hampir lupa waktu, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Saatnya rombongan kembali turun ke bawah menuju pintu masuk tadi.
Rombongan pun tiba di titik kumpul dengan selamat, saatnya kembali mendengarkan instruksi dari Tomi untuk persiapan memulai wisata air arung jeram. 3 unit perahu karet yang dibawa dari dermaga kecil sebelumnya sudah siap meluncur, kami kembali dibekali pelampung, helm dan dayung.
Kami dibagi tiga regu, satu regu atau satu perahu karet berisi 6 orang ditambah satu pemandu arung jeram. Kami kembali melewati Sungai Kopu yang berarus dan ada pusaran airnya. Awalnya kami memang was-was karena baru pertama kali, namun setelah mencoba ternyata cukup terkendali meskipun sesekali kami bertabrakan dengan bebatuan tebing dan sesama perahu dari regu lainnya.
Dari keterangan Tomi, dalam dua tahun terakhir wisata arung jeram Sungai Kopu banyak dikunjungi wisatawan lokal bahkan ada yang dari luar negeri. Arung jeram di sana cukup menegangkan dan asyik. Pengunjung biasanya datang pada akhir pekan dan hari libur.
"Sudah berjalan hampir 5 tahun kami masyarakat setempat membuat kelompok sadar wisata seperti sekarang ini. Kemudian keuntungan dari wisata ini kami gunakan untuk membangun fasilitas umum di desa," katanya.
Dijelaskannya, untuk biaya satu perahu karet dibandrol Rp1 juta, sedangkan untuk biaya perahu mesin saja tanpa rafting (arung jeram) dibandrol Rp500 ribu bisa diisi 8 penumpang.
"Banyak juga pejabat yang sudah ke sini, baik dari Pemkab Kampar maupun Pemprov Riau, kemarin janjinya pak Gubernur Syamsuar mau datang tapi belum," katanya.
Dalam pada itu, Tomi berharap banyak bantuan promosi yang dikucurkan oleh Pemkab maupun Pemprov agar wisata air Sungai Kopu ini lebih banyak mengundang perhatian wisatawan. Ia juga menginformasikan kepada kami jika ingin berkunjung timnya siap memandu dan dapat menghubunginya ke nomor telepon 0852-0068-8000.
Setelah mengarungi Sungai Kopu, akhirnya kami tiba di dermaga awal dengan selamat dan berakhirlah keseruan kami. Hari pun sudah memasuki senja saat itu, kami beserta rombongan kembali berganti pakaian dan menuju ke penginapan di Puti Island, Desa Pulau Gadang, kecamatan 13 Koto Kampar.
Puti Island merupakan home stay yang berada di sebuah pulau kecil di tengah danau buatan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kampar. Untuk sampai ke sana harus menggunakan perahu mesin, di sana terdapat pondok-pondok penginapan dan tenda-tenda kecil.
Rombongan kami menyewa 4 pondok dan diisikan 4 orang dalam satu kamar/pondok. Tiba tengah malam, kami buat acara bakar ikan patin hasil tangkapan dari pemilik penginapan. Suasananya seperti kami berkamping. Dan siangnya, kami pun berangsur pulang kembali ke rumah masing-masing.
Dari pengalaman berwisata ke sini, penulis merekomendasikan untuk berkunjung ke tempat-tempat wisata yang disebutkan. Penulis juga berharap bisa mengulang kembali keseruan berwisata di Kampar dan mengucapkan selamat berlibur dan berakhir tahun.***
Penulis | : | Wahyu |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serba Serbi, Kabupaten Kampar |