(CAKAPLAH) - Pertikaian yang terjadi pada akhir pekan kemarin antara Israel dan Iran, sekali lagi membuat kawasan Timur Tengah berada di ambang perang besar. Diketahui, pada Ahad (14/4/2024) pagi, Iran meluncurkan sekitar 170 drone, 30 rudal jelajah, dan lebih dari 120 rudal balistik ke arah Israel.
Serangan Iran tersebut sebagai pembalasan atas serangan udara Israel ke gedung konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024 lalu, yang menewaskan sejumlah orang, termasuk seorang pejabat militer dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC).
Israel dan Iran telah terlibat dalam perang bayangan selama beberapa dekade, yang dilakukan melalui operasi rahasia, kekuatan proksi regional, serangan jarak jauh, dan operasi dunia maya. Pertempuran juga terjadi di wilayah negara tetangga seperti Lebanon, Suriah, dan wilayah Palestina. Eskalasi perang apa pun kemungkinan besar akan mengikuti formula ini, bukan bentrokan konvensional yang langsung dan berkelanjutan.
Dari perbandingan kekuatan militer kedua negara, Israel memiliki pasukan tetap yang terdiri dari sekitar 170.000 personel aktif, dan 465.000 cadangan. Hal ini berdasarkan laporan keseimbangan militer 2024 dari Institut Internasional untuk Studi Strategis.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dinilai sangat terlatih, dilengkapi dengan baik, dan berpengalaman. Wajib militer adalah wajib bagi sebagian besar orang dewasa Israel setelah usia 18 tahun, dengan laki-laki diharapkan bertugas selama 36 bulan, dan perempuan selama 24 bulan.
Iran memiliki populasi penduduk yang jauh lebih besar, yang tercermin dari kekuatan militer regulernya yang berjumlah sekitar 420.000 personel, dengan 350.000 tentara cadangan. IRGC diperkirakan memiliki antara 150.000 hingga 200.000 personel aktif.
Angkatan udara Israel telah menjadi kunci dalam konfrontasi panjangnya dengan Iran. Jet-jet Israel secara rutin digunakan untuk menyerang sasaran-sasaran yang terkait dengan Iran di Suriah dan Lebanon, termasuk fasilitas dan personel IRGC. Pesawat Israel juga aktif dalam pertahanan kolektif terhadap serangan Iran pada akhir pekan, melacak dan menembak jatuh drone dan rudal.
Angkatan udara Israel dianggap salah satu yang paling kuat di dunia. Negara zionis itu memiliki sekitar 310 pesawat tempur, termasuk 75 F-15, 196 F-16, dan 39 F-35. Angkatan Udara Israel juga memiliki 46 helikopter serang Apache dan berbagai drone pengintai dan serang.
Angkatan udara Iran kurang canggih. Armadanya dinilai sudah tua dan dilumpuhkan oleh sanksi internasional dan embargo senjata yang telah lama diberlakukan. Angkatan udara Teheran terdiri dari pesawat buatan AS yang sudah ketinggalan zaman seperti 10 unit F-14 dan 55 F-4.
Baru-baru ini, Iran telah beralih ke Rusia untuk melengkapi angkatan udaranya, dan saat ini memiliki 35 unit MiG-29 yang beroperasi, dengan kesepakatan baru untuk mengakuisisi pesawat tempur Su-35.
Iran juga telah mengembangkan jet tempur yang diproduksi di dalam negeri, seperti HESA Saeqeh dan Azarakhsh, meskipun jet tersebut dianggap tidak mampu bersaing dengan platform buatan luar negeri.
Persenjataan drone Iran mungkin lebih relevan dalam konflik di masa depan dibandingkan angkatan udaranya. Platform drone Shahed yang terkenal, telah digunakan dengan sangat efektif di Yaman dan Ukraina dan merupakan pusat serangan di Teheran pada akhir pekan.
Israel dan Iran memiliki persediaan rudal yang signifikan, sehingga kedua negara mempunyai kemampuan untuk menyerang wilayah masing-masing secara langsung.
Israel memiliki rudal balistik jarak pendek Jericho 2 dengan jangkauan hingga 930 mil, mencakup sebagian besar Timur Tengah dan sebagian Iran. Rudal Jericho 3 miliknya memiliki jangkauan hingga 3.000 mil. Rudal jelajah jarak pendek termasuk platform Lora, Delilah, dan Gabriel.
Rudal adalah kunci dari pencegahan dan proyeksi kekuatan Iran, investasi Teheran selama puluhan tahun menjadikannya persenjataan rudal terbesar dan paling beragam di Timur Tengah.
Platform jarak jauhnya adalah rudal balistik Sejjil, Ghadr dan Khorramshahr, yang semuanya dapat mencapai target hingga jarak sekitar 1.240 mil, termasuk seluruh Israel. Rudal lainnya termasuk Emad (jangkauan lebih dari 1.000 mil) dan Shahab-3 (jangkauan lebih dari 800 mil), serta beberapa rudal jelajah jarak pendek lainnya.
Untuk pertahanan udara, Israel memiliki sistem pertahanan David’s Sling, Iron Dome, dan Arrow untuk menjatuhkan proyektil Iran yang masuk. Israel juga masih memiliki MIM-104 Patriot buatan AS.
Sistem pertahanan anti-udara Iran yang paling canggih adalah S-300 buatan Rusia, yang relatif ketinggalan zaman dibandingkan dengan yang dimiliki Israel. Teheran juga memiliki platform rudal permukaan ke udara Bavar-373 yang diproduksi di dalam negeri, serta sistem pertahanan Arman dan Azarakhsh yang diluncurkan awal tahun ini.
Di laut, Israel memiliki angkatan laut yang kecil tetapi canggih, yang terutama digunakan untuk mempertahankan garis pantainya dan mendukung operasi darat dan udara. Angkatan lautnya mencakup lima kapal selam, termasuk tiga kapal kelas Dolphin yang mampu meluncurkan rudal balistik bersenjata nuklir. Israel juga memiliki setidaknya tiga korvet, delapan kapal rudal dan 45 kapal patroli.
Angkatan Laut Iran lebih besar, dengan memiliki lebih dari 30 kapal selam, lima fregat, tiga korvet, dan lebih dari 200 kapal patroli.**
Editor | : | Delvi Adri |
Sumber | : | Beritasatu.com |
Kategori | : | Internasional |