SORE ini angin terasa lebih segar dari biasanya. Hembusannya sedikit lebih kuat dari hari sebelumnya. Namun demikian teriknya tetap terasa, panasnya masih cukup menyengat. Selayaknya cuaca khas di Kota Pekanbaru.
Buru-buru Supardi mengambil alat untuk membersihkan rumput yang ada di lokasi Pulau Semut. Dirinya ingin masyarakat yang datang ke Pulau Semut untuk wisata, bisa nyaman.
Supardi sendiri adalah Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pulau Semut. Dirinya sudah sejak lama "mengurus" Pulau Semut hingga akhirnya menjadi salah satu spot wisata alternatif di Kota Pekanbaru.
Pulau Semut adalah tempat wisata baru di Kota Bertuah yang tepatnya berada di Berlokasi di Jalan Pembina No. 3, Kecamatan Rumbai Timur. Tempat ini bisa menjadi destinasi wisata alternatif bagi Anda pecinta wisata outdoor.
Pulau Semut bukanlah sebuah pulau yang luas. Pulau Semut hanyalah sepetak daratan kecil di pinggir Sungai Siak, Kota Pekanbaru, yang luasnya tak lebih dari 225 meter persegi. Daratan kecil ini dinamai Pulau Semut karena selain bentuknya yang kecil, dulunya pulau ini dihuni banyak semut.
Pulau Semut awalnya menyatu dengan daratan utama, yakni wilayah Jalan Pembina III, Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Timur, Kota Pekanbaru.
Namun abrasi mengikis pinggiran daratan ini hingga terputus. Abrasi terjadi akibat hempasan gelombang Sungai Siak yang muncul setiap ada kapal-kapal tanker melintas, termasuk kapal milik Pertamina saat mengangkut bahan bakar.
"Dulu pulau ini tidak ada apa – apanya. Awalnya terdiri dari satu daratan yang berbentuk Tanjung (Semenanjung), yang merupakan muara pertemuan Sungai Siak dengan aliran anak Sungai menuju Danau Buatan Rumbai. Namun akibat pengikisan gelombang ombak dari kapal tanker, maka daratan tersebut menjadi terpisah menjadi dua," ujar Supardi memulai cerita.
"Saya awalnya hanya ingin menjadikan daerah ini lokasi pemancingan. Saya tebas semua rumput dan ilalang di Pulau Semut ini. Luar biasa banyak semutnya. Saya masuk hutan, nyari kayu. Bawa keluar sendirian, untuk bikin jembatan. Awalnya saya dibilang orang gila oleh warga lain karena yang saya lakukan," imbuhnya.
Namun berkat keyakinan, pulau itu berubah menjadi bersih. Dan semut – semut ganas yang awalnya banyak disini, berkurang dari daratan. Kemudian, melalui swakelola masyarakat secara bergontong royong, maka dimulai lah membuat jembatan penghubung ala kadarnya dari kayu, sehingga akses jalan bisa menjadi mudah.
Tidak sampai disitu, tahun 2020 berdasarkan usulan proposal dari masyarakat, PT Pertamina Patra Niaga melalui program pemberdayaan masyarakat melakukan pembinaan terhadap Pulau Semut. Di mana, di pinggiran sungai dipasang batu bronjong, penamanam pohon mangrove dan tanaman kehidupan. Kemudian dibangun jembatan yang layak serta pembangunan saung – saung tempat duduk bagi pengunjung.
Alhasil, berkat bantuan dan pembinaan Pertamina, jumlah pengunjung terus meningkat setiap pekannya. Saat ini ada sekitar 500 kendaraan yang masuk. Harga tiket masuk sepeda motor di pos masuk dijual dengan harga Rp5.000 dan kendaraan roda empat Rp10.000, sementara orang tidak dihitung, yang dihitung hanya kendaraan saja.
"Dukungan Pertamina telah berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. Di mana, masyarakat tempatan semakin aktif untuk menggaet pengunjung. Sehingga setiap pekan pengunjung terus bertambah, mulai dari pelajar, masyarakat biasa maupun dari kalangan pemerintahan daerah," ucapnya.
Hanifah, Community Development Officer (CDO) PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sei Siak mengatakan bantuan dan pendampingan yang diberikan PT Pertamina Patra Niaga, sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
"Bantuan yang kita berikan untuk Pulau Semut sesuai kebutuhannya, misalnya butuh turap, kita bantu bangun dengan memberdayakan masyarakat," ujar Hanifah.
Dijelaskannya lagi, intervensi Pertamina Patra Niaga dilakukan dalam bentuk bantuan penghijauan, pembangunan jembatan, bronjong untuk turap, dan fasilitas lainnya.
Setelah diturap, daratan Pulau Semut pun bertambah luas, sudah menjadi sekitar 300-an meter persegi.
Penghijauan Mangrove di Pulau Semut dilakukan dengan menanam beragam pohon, seperti Ketapang Kencana dan bibit buah agar lokasi ini menjadi lebih asri dan menyerap karbon demi udara Kota Pekanbaru yang lebih bersih.
Kedepan akan dilakukan pembinaan pengambangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), salah satunya pengembangan Bakso Ikan Rasau yang sudah menjadi ciri khas makanan Pulau Semut.
Selain itu, sesuai usulan masyarakat, bahwa saat ini di Pulau Semut belum ada permainan anak – anak. Seperti ayunan, seluncuran, bola dunia dan permainan lainnya. Serta jalan dari pintu masuk sampai ke Pulau Semut yang berjarak sekitar 150 meter karena mengelilingi arena berkuda belum di aspal. Sementara usulan ini akan laporkan ke Manajemen Pertamina supaya bisa direalisasikan tahun depan.
Diakui sejak tahun 2020 lalu, pembangunan Pulau Semut dilakukan secara berkelanjutan setiap tahunnya. Tahun pertama dilakukan perencanaan dan penanaman sekitar 350 bibit pohon ketapang, yang dimulai dari pintu masuk ekowisata. Diantara pulau dan daratan dibangun jembatan kayu yang kokoh dengan lebar sekitar 120 centi meter dan panjang sekitar 15 meter. Sehingga aman dilalui anak – anak dan orang dewasa.
Selanjutnya tahun 2021 melalui swakelola masyarakat melakukan penanaman 1.000 bibit mangrove. Penanaman ini seiring dengan pebangunan batu bronjong di sekeliling Pulau Semut.
Kemudian tahun 2022 di kawasan itu kembali dilakukan penanaman sekitar 1.700 bibit buah-buahan. Seperti pohon markisa, sirsak, nangka, durian, dan manggis. Di daratan pulau, dibangun saung edukasi untuk kegiatan pelatihan dan pengenalan terhadap Pulau Semut, Sungai Siak maupun terkait pendidikan budaya Melayu lainnya.
Di depan saung juga dibangun saung – saung kecil dan pelatantar untuk tempat nyantai. Di antara saung itu, masih ada batang pohon – pohon nipah dengan daun – daun bergoyang – goyang saat angin datang.
Tahun 2023, dilanjutkan pembangunan bangunan penunjang dan tempat Mandi, Cuci dan Kakus (MCK). Sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada pengunjung, kegiatan pramuka atau kegiatan di luar ruangan bagi masyarakat umum, maupun orang berkemah yang bermalam di sana. Sebab mereka tidak perlu lagi ke pinggiran sungai untuk mandi.
Sementara penanaman pohon dan pembangunan infrastruktur menggunakan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan untuk masyarakat tempatan. Sementara pelaksana kegiatan dilakukan secara swakelola, sehingga masyarakat tersebut merasa memiliki suatu bangunan itu dan dapat menjaganya dengan baik.
"PT Pertamina berprinsip, akan terus melakukan pembinaan melalui program pemberdayaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Karena kemakmuran adalah sebuah energi bagi bangsa sesuai dengan tema Pertamina tahun 2023,"sebutnya.
Ketua RW 7, Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Timur, Eddianto menerangkan, berada di RT3/RW7 dengan jumlah penduduk sekitar 1000 jiwa. Pekerjaan penduduk rata – rata nelayan. Namun, karena sudah ada aktifitas wisata, maka sebagian masyarakat sudah diberdayakan menjadi pengelola Pulau Semut.
Eddianto menjelaskan, selain tempat bersantai bagi keluarga, di sini juga disediakan tempat berkemah (Camping) yang luas. Disebelahnya lagi ada kawasan berkuda, memanah dan tempat bermain yang dikelilingi agrowisata pohon durian musang king, durian montong serta berbagai tumbuhan kehidupan lainnya. Bagi pengunjung juga dapat melihat kapal tanker yang melintasi sungai.
"Alhamdulillah daerah kami sudah ramai dikunjungi masyarakat luar. Di kawasan Pulau Semut juga sering dilakukan tempat kegiatan mahasiswa, pramuka dan organisasi masyarakat untuk melakukan kegiatan outbound atau permainan. Karena tempat yang luas dan sejuk, menjadikan Pulau Semut tempat langganan kegiatan di luar ruangan bagi mereka," jelas Eddianto yang senang berbahasa Melayu Riau itu.
Jadi Lokasi Pacu Sampan
Pada Jumat (4/8/2023) lalu, Penjabat (Pj) Walikota Pekanbaru Muflihun secara resmi membuka kegiatan Festival Pacu Sampan Tradisional 2023. Kegiatan yang digelar di destinasi wisata pulau semut yang beralamat di Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Timur, Pekanbaru ini berlangsung selama tiga hari yakni 2-4 Juli 2023.
"Kami atas nama Kota Pekanbaru tentunya sangat mengapresiasi kepada adik-adik kami dari Himpunan Mahasiswa Rumbai Bersatu (Himarusa) yang mampu menaja event pacu sampan tradisional ini," ujar Pj Walikota Pekanbaru, Muflihun, Jumat (4/8/2023).
Ia mengatakan Himarusa bersama masyarakat setempat dinilai berhasil memadukan event wisata dan olahraga.
"Ini kolaborasi tentunya dari sektor olahraga dan pariwisata. Kita berharap event ini bisa jadi awal dan bukan terakhir, ini bisa kita teruskan dan lanjutkan nanti," cakapnya.
Dikatakan Muflihun, dengan adanya event ini, dirinya berharap destinasi wisata Pulau Semut bisa jadi lebih dikenal, rapi dan nyaman. Sehingga kedepan akan banyak pengunjung yang datang ke pulau semut.
"Dengan adanya kegiatan ini juga sebagai upaya untuk mempromosikan Pulau Semut di Pekanbaru Riau bahkan bisa juga ke nasional. Kalau ada event di kota atau Riau bisa kita undang kabupaten tetangga seperti Pelalawan Kampar. Kita adakan di sini eventnya. Tapi tentu harus kita persiapkan, kita rapikan lagi baru kita undang, sehingga bisa dikenal lagi," sebutnya.
"Kami juga mengajak media massa untuk memperkenalkan destinasi wisata Pulau Semut, agar semakin dikenal masyarakat," imbuhnya.
Ketua Himpunan Mahasiswa Rumbai Bersatu (Himarusa), Septiandi Putra mengatakan ada 32 tim peserta yang berasal lima kabupaten/kota.
"Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan destinasi wisata Pulau Semut. Kita berharap kegiatan yang perdana di Kota Pekanbaru ini, bisa digelar secara rutin setiap tahun," harapnya.
Festival ini digelar dengan dukungan dari berbagai pihak. Ia menilai dukungan ini tentu turut menyukseskan festival yang dipersiapkan selama tiga bulan tersebut.
Ia menyampaikan bahwa Festival Pacu Sampan ini sekaligus memperkenalkan Destinasi Wisata Pulau Semut. Destinasi wisata ini baru dibuka sejak tahun 2021 silam.
"Destinasi Wisata Pulau Semut ini awalnya merupakan destinasi wisata mandiri, tapi akhirnya mendapat dukungan sehingga bisa berkembang saat ini," jelasnya.
Program CSR unggulan binaan PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sei Siak yang satu ini punya potensi yang sangat besar, apalagi dengan adanya event yang menjadi event tahunan ini akan menambah ketertarikan pengunjung untuk berwisata di Pulau Semut.
Berbagai program yang telah dilakukan, seperti penghijauan, perbaikan jembatan penghubung, pembuatan saung edukasi dan turap beronjong bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui Ekowisata Pulau Semut.
“Diadakannya Festival Pacu Sampan Tradisional ini sangat berpotensi untuk memajukan Ekowisata Pulau Semut, program CSR yang sampai sekarang masih berlanjut diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar Pulau Semut," tutur Fuel Terminal Manager Sei Siak, Syofiyardi.
Sebagai satu satunya ekowisata yang ada di tengah Kota Pekanbaru, binaan PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sei Siak ini masih banyak potensi yang akan dikembangkan, mulai dari infrastruktur penunjang hingga kapasitas masyarakat sehingga dapat menciptakan ekowisata yang bagus dan terdepan
Penulis | : | Unik Susanti |
Kategori | : | Serantau |