ROHUL (CAKAPLAH)-Setelah Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mereda, Pengusaha dan Peternak di Rokan Hulu kini terancam dengan fenomena matinya hewan ternak kerbau secara misterius.
Salah seorang peternak Kerbau H. Syafarudin mengaku merugi hampir setengah miliar rupiah karena puluhan hewan ternaknya mati secara misterius.
"Ada 30 ekor kerbau kami yang mati secara bertahap, sehingga Kerugian diperkirakan mencapai Rp400 juta atau hampir setengah miliar, " cakap Syafarudin, Selasa (1/11/2022).
Dinas Peternakan dan Perkebunan Rohul terus mendalami penyebab kematian hewan kerbau misterius tersebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tim dokter kesehatan hewan, dugaan sementara matinya ternak kerbau warga ini disebabkan penyakit Sepricaemia Epizootica (SE).
Hal ini ditunjukkan dari gejala klinis yang ditemukan pada kerbau sebelum mati seperti ngorok dan suhu tubuh tinggi akibat serangan bakteri.
Meski penularannya cepat pada hewan, Disnakbun memastikan penyakit Sepricaemia Epizootica tidak menular kepada manusia, tetapi para peternak diminta menjaga kebersihan diri, sebab bakteri yang menyerang kerbau ini, bisa saja berasal dari manusia.
"Dugaan awal kita, penyebab kematian mendadak kerbau secara masif ini adalah penyakit Sepricaemia Epizootica atau SE," ujarnya.
Disnakbun, lanjut Agung, sudah bersurat ke Laboratorium Veteriner Bukit Tinggi dan mengirim sampel organ kerbau yang mati mendadak untuk memastikan penyebab kematian misterius ternak kerbau ini.
"Insya Allah besok, (Rabu, red) tim dari Laboratorium Veteriner Bukit Tinggi akan datang langsung ke Rohul melakukan pemeriksaan kepada hewan ternak," imbuhnya.
Diterangkannya, fenomena kasus matinya kerbau secara mendadak ini sudah terjadi sejak 11 Oktober 2022 lalu di Desa Tanjung Belit Kecamatan Rambah. Di daerah tersebut, dilaporkan hingga saat ini sebanyak 50 ekor Kerbau milik warga mati mendadak.
"Penyakit ini menular dengan tingkat kematian (mortalitas) sangat tinggi, 80%. Penyakit ini tidak zoonosis atau tidak menular ke manusia, tetapi bisa menular secara cepat ke kerbau atau sapi sehat," cakap Agung Nugroho.
Selain Desa Tanjung Belit, Kecamatan Rambah, kasus kematian kerbau secara mendadak juga dilaporkan terjadi di Dusun Gunung Intan, Desa Bangun Purba Timur Jaya, Kecamatan Bangun Purba. Di daerah tersebut, sementara ini terdapat 65 ekor sapi yang mati dimana 15 ekor diantaranya dipotong paksa oleh peternak.
"Dusun Gunung Intan merupakan dusun yang dekat dengan Desa Tanjung Belit. Di sini penyakit SE juga pernah mewabah 23 tahun lalu, jadi jelas penyebaran penyakit ini sudah menyebar ke desa sekelilingnya," ujarnya.
Agar tidak terus meluas, Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Rokan Hulu telah melakukan sejumlah langkah antisipasi. Selain menurunkan tim kesehatan hewan guna melakukan pemeriksaan kesehatan hewan, Disnakbun juga telah menyuntikkan antibiotik kepada kerbau sakit dan pemberian vitamin kepada ternak sehat di daerah sekeliling desa yang telah ditemukan kasus.
"Kami juga mendatangi langsung peternak untuk memberikan edukasi dan sosialisasi agar melakukan karantina dan mengawasi kerbau atau sapi, serta melaporkan jika ada ternak masuk dari luar ke Dishutbun sehingga mengurangi potensi mewabah nya penyakit ini," jelasnya.
Meski sudah menemukan ratusan kasus kerbau mati, Disnakbun masih menunggu instruksi lebih lanjut dari Dinas Peternakan Provinsi Riau untuk menetapkan status wabah Penyakit Sepricaemia Epizootica ini.
"Kami juga terus menghimbau peternak apabila mendapatkan kerbaunya ngorok dan lemas segera hubungi petugas peternakan secepatnya," katanya.
Rencananya, Disnakbun juga akan mengaktifkan kembali Posko Pemantauan Lalu Lintas Hewan Ternak untuk mengeliminir adanya kerbau sakit yang masuk atau ke luar Rohul sehingga penyakit ini tidak menyebar ke kecamatan lain di Rohul.
Penulis | : | Ari |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Peristiwa, Pemerintahan, Kabupaten Rokan Hulu |