Brigjen (TNI) Muhammad Syech
|
TANPA terasa sudah dua tahun Brigjen (TNI) Muhammad Syech bertugas di Riau sebagai Komandan Korem 031 Wira Bima. Kelaziman di TNI, seperti umum kita pahami, masa itu sudah cukup lama bagi seorang prajurit menduduki jabatan di satuan teritorial TNI. Tapi bagi masyarakat Riau, masa dua tahun itu terasa amat singkat.
Sebenarnya, tak masalah siapapun prajurit yang ditunjuk kesatuan TNI untuk menjabat sebagai Komandan Korem. Mereka pasti memiliki kemampuan dasar sesuai kebutuhan jabatan. Mereka semuanya pasti juga merupakan prajurit pilihan, teruji dan profesional. Tak usah ragukan. Ikrar Sapta Marga pasti dijunjung tinggi setiap prajurit dalam menjalankan tugas yang dibebankan di pundaknya. Selebihnya yang membedakan komandan satu dan lainnya adalah pada soft skill, terutama pada kepemimpinan, kepribadian dan gaya komunikasi.
Siapa pun manusia, semua tak punya pilihan, dimana, siapa orang tuanya, dengan cara apa mereka dilahirkan, semua sudah tertulis dalam buku takdir di lauhul mahfuz. Dimana mereka sekolah, kepercayaan yang mereka anut, di lingkungan masyarakat seperti apa mereka dibesarkan, semua mempengaruhi soft skill seseorang. Dalam pendekatan teori Gunung Es (Iceberg Theory) Ernest Hemingway, sesuatu yang melatarbelakangi kepribadian seseorang, siapapun dia, 80 persen tersebunyi di bawah permukaan laut, tak terlihat. Hanya 20 persen saja yang tampak di permukaan.
Tak terkecuali Brigjen M Syech. Dia tak tahu akan terlahir sebagai putra Melayu Riau. Sang jenderal demikian saja muncul ke muka bumi, dan bumi dimana dia dilahirkan, rupanya dijuluki Bumi Lancang Kuning Laut Sakti Rantau Bertuah. Brigjen M Syech menjadi kanak-kanak dan tumbuh remaja di bumi tanah Melayu ini. Budaya masyarakat Melayu di Bumi Lancang Kuning inilah yang kemudian membentuk kepribadian, pola hidup dan perilaku Birgjen M Syech.
Oleh karena itu dipahami bila sang jenderal memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat Riau lingkungannya, dan lingkungannya pula, khususnya etnis Melayu merasa memiliki kedekatan emosional, dan secara naluriah menyayanginya sebagai anak watan, anak kemenakan. Tak ada yang salah, tak berebihan, tak mengada-ada. Di belahan manapun di nusantara ini bahkan di belahan lain planit bumi ini, ikatan emosional serupa tak akan bisa dihindari.
Apatah lagi bila kita lihat lembaran kehidupan Brigjen M Syech. Ayahandanya, Ismed Harunsyah adalah tokoh masyarakat Riau dan tokoh politik daerah terkemuka yang sangat populer dan berpengaruh pada masanya. Ismed Harunsyah terkenal sebagai seorang politisi dengan kemampuan pidato yang mumpuni, seorang motivator dan tokoh yang mampu menghidupkan suasana, periang dan humoristis. Kehadiran bang Ismed Harunsyah senantiasa dinanti dalam berbagai acara. Sebagai orang yang baru terjun ke dunia politik, saya merasa beruntung dan sangat bangga berada dalam satu tim dan memiliki mentor hebat seperti bang Ismed Harunsyah.
Dan Datuk Harunsyah (datuk dari Brigjen M Syech) adalah Bupati Kampar periode 1960-1965. Dt Harunsyah adalah bupati yang sangat dikagumi dan disegani karena kepemimpinannya. Datuk Harunsyah adalah seorang tokoh karismatis. Suatu Ketika pada 1962, Dt Harunsyah dalam turba-nya (sekarang disebut kunker) menggunakan boat mudik dari Ujung Batu ke Rokan, singgah di sekolah kami (Sekolah Rakyat Tanjung Medan), bangunan tiga lokal yang amat sederhana berlantai tanah. Dt Harunsyah masuk ke lokal kami. Ketakutan kami seketika hilang dengan sikap ramah dan kebapakan sang Bupati. Sembari melontarkan senyum Dt Harunsyah spontan menguji kami, “satu kelip berapa sen?”, “satu ketip berapa sen?” Tanyanya dengan suara menggelegar. Dt Harunsyah memuji kelas kami karena kami bisa menjawab dengan tepat.
Sikap periang sang datuk dan ayahanda ini kelihatannya menurun ke Isyech. Remaja Isyech yang saya kenal, dan sekarang sudah berpangkat jenderal, Brigjen M Syech Ismed, adalah orang peramah, rendah hati dan murah senyum, bahkan mungkin terlalu murah senyum untuk ukuran seorang tentara. Maka terinspirasi dari buku tentang Presiden Soeharto “The Smiling General” (1969) yang ditulis O.G. Roeder, penulis asal Jerman, saya tidak ragu menjuluki Birgjen M Syech sebagai jenderal yang murah senyum dari Riau: The Smiling General from Riau.
Selamat bertugas di tempat yang baru. Semoga sukses. Tetaplah rendah hati jenderal dan selalu tersenyum. Kepakkan sayapmu, raih bintang yang banyak.***
Penulis | : | DR Chaidir MM, Ketua Umum FKPMR |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Cakap Rakyat |